Pagi yang indah.
Seorang nenek berjalan menyusuri pematang sawah bersama cucunya.
“Nek, mau ke mana kita ?”
Sang nenek tersenyum , dan berkata “ Nanti kamu akan tahu, cucuku.”
Nenek memegang tangan sang cucu dan tetap mengajaknya berjalan.
Kadang mereka berjalan di atas jalan berbatu,
kadang pula di atas pematang sawah yang licin.
Maklum, hujan baru turun di malam sebelumnya.
Jalan yang mereka lalui terasa tak ada ujungnya.
Dan semakin sulit, karena mereka harus menjaga kukuhnya tubuh mereka di atas jalan yang semakin menanjak dan penuh batu cadas.
Kadang sang cucu melambatkan langkahnya, dan memandang kepada sang nenek. Pandangannya penuh tanda tanya dan dirinya diam menyimpan kebingungan di dalam hatinya.
“ Nek, sudahlah . Saya capek, lagipula nenek sudah tua. Kita balik saja , ya ?”
“Jangan , kita sudah hampir sampai.”
“ Tapi, Nek, jalannya semakin sulit di depan sana .”
Nenek pun berhenti dan sambil memandang cucunya , dia berkata, “Kalau kamu menyerah, kamu tak akan pernah tahu apa yang ada di depan sana, bukan ?”
Lalu apa yang kamu dapatkan dari perjalanan kita yang tadi ?
Hanya akan ada kelelahan dan kekecewaan, karena kamu merasa menyia-nyiakan waktu dan tenagamu . Bukankah begitu, Nak ? “
Sang cucu menghela nafas dan diam .
Setelah beberapa lama, dia berkata, “ Baiklah, mari kita teruskan .”
Mereka berjalan kembali, kadang sang cucu kehilangan keseimbangannya dan nyaris terpeleset .Tapi, nenek sigap dan kuat memegang tangannya.
Aknirnya , setelah sekian lama, mereka tiba di puncak sebuah bukit.
Pemandangan indah sekali di sana . Sang cucu tergugah, “ Indah sekali, Nek.” “
Ya, benar, cucuku. Ini indah sekali. Andai tadi kita tidak meneruskan perjalanan kita, tidak akan kita dapati pemandangan seindah ini.”
Cucu tersenyum lebar dan berkata, “Iya , Nek, hampir saja saya kehilangan pemandangan indah ini. Tapi, Nek, dari mana Nenek tahu ada tempat seindah ini ? “
Belum selesai sang cucu berkata, angin menggoyahkan kakinya dan membawa terbang topinya.
“Aaaaahh.. !!!!”
Nenek cepat-cepat menarik tangan cucunya dan memegangnya erat-erat.
“Cuuu.., sudahlah…Biarkan saja topi itu, jaga dirimu baik – baik. Mari, ada yang mau Nenek katakan pada mu.”
Di atas batu besar, Nenek mengajak cucunya duduk.
Dirangkulnya cucunya dan dia pun berkata ,“ Jalan hidupmu nanti mungkin tidak seperti yang kamu inginkan.”
Sambil berkata, dielus-elusnya rambut sang cucu.
“ Banyak yang harus kamu lalui, seperti jalan berbatu dan licin yang kita lewati tadi.
Begitu pula jalan yang akan kamu hadapi nanti. Semakin kamu naik ke atas untuk mencapai impian mu, semakin banyak dan keras halangan yang akan kamu dapati. Jangan pernah menyerah, karena kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Hanya penyesalan, dan keletihan yang akan menghantui hidupmu. Tetaplah tegar .
Akan banyak kesalahan yang kamu perbuat di masa mendatang. Tapi, kita manusia, setiap orang pernah berbuat salah, yang buruk adalah apabila kita tidak pernah menyadari kesalahan kita, dan tidak pernah punya niat untuk memperbaikinya.
Semakin jauh dan mendaki jalanmu , jiwa mu akan diuji. Diuji dan dibentuk untuk kerendahan hati, ketulusan dan kecerdikanmu menjalani hidup. Satu hal yang terpenting, jangan buang kejujuran dan nilai – nilai baik dalam diri mu. Jadilah manusia yang memiliki integritas. Karena itulah yang akan dilihat orang dari diri mu.
Waktu kamu sudah mencapai puncak, bukan berarti kamu tidak akan mempunyai tantangan apa pun . Semakin tinggi suatu tempat, semakin kencang pula anginnya. Waspadalah, tabahkan hati mu untuk setiap kehilangan yang kamu mungkin alami. Kokohkan pijakanmu, jangan jauhkan mata mu dari Yang Di atas sana. “
Sang cucu mengantuk dalam rangkulan sang nenek.
Diciumnya kening cucunya,” Tidurlah, nenek mendoakan yang terbaik untuk mu .”
Miss u, grandma